
Restoran Malaysia di Israel: Jembatan Kuliner di Tengah Ketegangan Diplomatik
Pendahuluan
Malaysia dikenal sebagai negara dengan kekayaan kuliner yang luar biasa, menggabungkan pengaruh Melayu, Cina, India, dan Arab dalam satu meja makan. Sementara itu, Israel adalah negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya dari para imigran Yahudi dari seluruh dunia, termasuk kawasan Asia. Namun, satu hal yang membuat hubungan keduanya unik adalah absennya hubungan diplomatik resmi antara Malaysia dan Israel. Di tengah kondisi ini, apakah mungkin ada restoran Malaysia di Israel? Dan jika iya, seperti apa eksistensinya?
Hubungan Diplomatik Malaysia-Israel: Sebuah Latar Belakang
Malaysia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik. Pemerintah Malaysia secara tegas tidak mengakui Israel sebagai negara karena solidaritas terhadap perjuangan Palestina. Warga negara Malaysia juga pada umumnya dilarang untuk memasuki Israel, kecuali dalam kondisi khusus atau dengan izin tertentu.
Namun, dalam era globalisasi, interaksi lintas batas negara tetap mungkin terjadi, baik melalui ekspor budaya, perdagangan tidak langsung, maupun migrasi individu-individu. Salah satu bentuk interaksi budaya yang paling damai dan universal adalah melalui makanan.
Eksistensi Kuliner Asia di Israel
Israel memiliki populasi imigran dari berbagai negara Asia, termasuk dari Filipina, India, Thailand, dan China. Kehadiran mereka telah mendorong berkembangnya restoran Asia di berbagai kota seperti Tel Aviv, Haifa, dan Yerusalem. Masakan Asia Tenggara mulai mendapatkan tempat karena citarasa khas yang menggunakan rempah-rempah kuat dan teknik memasak tradisional.
Meski tidak umum, terdapat restoran yang menawarkan masakan “Asia Tenggara” yang bisa saja menyajikan menu mirip dengan masakan Malaysia — seperti nasi lemak, rendang, satay, atau laksa — walau tidak menggunakan label “restoran Malaysia” secara resmi.
Restoran Malaysia oleh Diaspora atau Non-Warga Negara?
Kemungkinan besar, jika ada restoran Malaysia di Israel, itu mungkin dimiliki oleh:
-
Warga Israel keturunan Asia Tenggara, termasuk yang pernah tinggal atau bekerja di Malaysia dan membawa kembali budaya kulinernya.
-
Diaspora Muslim atau Asia yang akrab dengan masakan Melayu, seperti dari Indonesia atau Thailand selatan, yang membuka restoran dengan konsep mirip Malaysia.
-
Koki profesional non-Malaysia yang terinspirasi oleh kuliner Malaysia dan menyajikan hidangan dengan label “Asian Fusion” atau “Southeast Asian”.
Namun, karena sensitivitas politik, penggunaan label “Malaysian restaurant” bisa dihindari secara sengaja demi menjaga netralitas dan menghindari kontroversi.
Contoh Hidangan Malaysia yang Mungkin Tersedia
Jika sebuah restoran di Israel menyajikan makanan ala Malaysia, menu-menu khas berikut mungkin bisa ditemukan:
-
Nasi Lemak – Nasi santan dengan sambal, telur rebus, kacang goreng, dan ikan bilis.
-
Char Kuey Teow – Mi beras goreng dengan udang dan tauge.
-
Rendang Daging – Daging sapi berbumbu rempah pekat, biasanya disajikan saat perayaan.
-
Laksa – Sup mi dengan kuah santan pedas asam, sering disamakan dengan variasi Thai atau Singapura.
-
Satay – Daging panggang dengan saus kacang, populer di Asia Tenggara.
Tantangan dan Peluang
Tantangan utama:
-
Isu politik: Penggunaan identitas Malaysia secara eksplisit bisa memicu pertanyaan atau kritik, baik dari komunitas internasional maupun dalam negeri.
-
Ketersediaan bahan: Rempah dan bahan khusus Malaysia rajazeus seperti daun pandan, belacan (terasi), atau kerisik mungkin sulit ditemukan di Israel.
-
Keterbatasan tenaga kerja: Warga Malaysia tidak bebas bepergian ke Israel, sehingga sulit menemukan koki otentik.
Namun ada juga peluang:
-
Minat terhadap kuliner eksotik: Warga Israel memiliki ketertarikan tinggi terhadap makanan etnik dan baru.
-
Pasar makanan halal: Israel memiliki komunitas Muslim di wilayah seperti Yerusalem Timur dan Nazaret, yang mungkin tertarik dengan masakan Malaysia yang halal.
-
Wisatawan internasional: Turis dari Eropa atau Asia yang mengenal masakan Malaysia bisa menjadi pelanggan potensial.
BACA JUGA: Restaurant Francis di Jakarta: Menikmati Kelezatan Roti Artisan dengan Sentuhan Jepang dan Prancis